Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Setelah pemerintah Jepang memberikan lampu hijau untuk 87 pelajar asing boleh memasuki Jepang dengan perlakuan khusus, sebanyak 147.000 pelajar lain merasa kecewa

147.000 ORANG KECEWA – Setelah pemerintah Jepang memberikan lampu hijau untuk 87 pelajar asing boleh memasuki Jepang dengan perlakuan khusus, sebanyak 147.000 pelajar lain merasa kecewa.  Pengumuman tersebut seperti diberitakan NHK mengecewakan sekitar 147.000 pelajar asing  yang telah menunggu hingga dua tahun untuk memulai studi mereka di Jepang. Kebanyakan dari mereka membayar sendiri biaya kuliah untuk universitas atau sekolah bahasa.


147.000 ORANG KECEWA – Setelah pemerintah Jepang memberikan lampu hijau untuk 87 pelajar asing boleh memasuki Jepang dengan perlakuan khusus, sebanyak 147.000 pelajar lain merasa kecewa.

Pengumuman tersebut seperti diberitakan NHK mengecewakan sekitar 147.000 pelajar asing  yang telah menunggu hingga dua tahun untuk memulai studi mereka di Jepang. Kebanyakan dari mereka membayar sendiri biaya kuliah untuk universitas atau sekolah bahasa.

"Kami tentu merasa dikhianati oleh Jepang dan ditinggalkan karena sepertinya mereka melupakan kami begitu saja," kata Beatriz Reganassi Okumura, dari Brasil. 

"Saya tidak percaya mereka hanya membiarkan 87 orang masuk,” tambah dia. 

Wanita berusia 26 tahun itu mendaftar di sekolah bahasa Jepang pada Oktober tetapi terpaksa mengambil kelasnya secara online karena dia belum bisa masuk ke negara itu.

Dengan perbedaan waktu 12 jam antara Jepang dan Brasil, kelasnya berlangsung hingga pukul 01:00. Dia mengatakan dia telah berjuang baik secara fisik dan mental.

Beatriz kesal karena pemerintah Jepang tidak memberikan batas waktu kapan akan membuka perbatasan bagi lebih banyak siswa.

Reganassi Okumura membayar biaya kuliah penuh untuk kursus jarak jauh. Dia bilang dia akan drop out jika dia tidak bisa masuk ke Jepang pada semester depan, yang dimulai pada bulan April.

"Saya masih memiliki harapan karena saya benar-benar ingin pergi [ke Jepang]," katanya.

Sebelumnya diberitakan,  Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Matsuno Hirokazu menyatakan 87 siswa dengan beasiswa pemerintah diizinkan memasuki negara itu setelah mempertimbangkan kepentingan publik dan urgensi masalah ini. 

Pengumuman itu juga mengejutkan mahasiswa asal Pakistan,  Azan Akbar. Wanita berusia 24 tahun dari Pakistan telah menunggu visanya selama lebih dari setahun.

Dia sangat senang diterima di Tokyo International University dan berharap menjadi yang pertama di keluarganya untuk mendapatkan gelar dan belajar di luar negeri. Tapi dia mengatakan mimpi ini telah berubah menjadi kekecewaan.

Akbar telah mengambil kelas online, tetapi dia kehilangan beasiswanya karena dia tidak memenuhi persyaratan bahwa seorang siswa secara fisik berada di Jepang.

"Saya tidak mengharapkan diskriminasi ini," kata Akbar. Ia merasa didiskriminasikan dibanding mahasiswa yang mendapat sponsor dari pemerintah Jepang.

Setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun menunggu, banyak siswa yang mulai menyerah untuk belajar di Jepang. Itu menjadi perhatian yang lebih besar bagi universitas dan sekolah bahasa. Langkah-langkah perbatasan telah mencegah lebih dari 1.100 mahasiswa internasional di Universitas Tokyo memasuki negara itu.

Yaguchi Yujin, seorang profesor di universitas dan Wakil Direktur Jenderal Divisi Inisiatif Kampus Global, mengatakan langkah terbaru tersebut menawarkan secercah harapan. Namun dia menambahkan, pemerintah perlu lebih terbuka.

"Yang penting kita tidak berhenti di sini, kita masing-masing harus ingat bahwa masih banyak siswa yang menunggu di luar Jepang," kata Yaguchi.

"Dengan 87 siswa yang bisa masuk, itu tidak cukup. Kita harus membiarkan mereka semua masuk,” tambah dia.

Source: halo jepang

Post a Comment for "Setelah pemerintah Jepang memberikan lampu hijau untuk 87 pelajar asing boleh memasuki Jepang dengan perlakuan khusus, sebanyak 147.000 pelajar lain merasa kecewa"