Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Warga Miskin Jepang Memilih Untuk Tinggal di Warnet Karena Tidak Sanggup Menyewa Hunian

Sebagian masyarakat miskin di Jepang memilih tinggal di warnet karena tak sanggup membeli sebuah rumah. Mereka memilih tinggal di warnet yang murah meriah ketimbang tidur di jalanan. Sehingga terlihat tak banyak masyarakat yang tidur di jalanan.


TINGGAL DI WARNET - Sebagian masyarakat miskin di Jepang memilih tinggal di warnet karena tak sanggup membeli sebuah rumah. Mereka memilih tinggal di warnet yang murah meriah ketimbang tidur di jalanan. Sehingga terlihat tak banyak masyarakat yang tidur di jalanan.

Sebetulnya, di setiap negara pasti memiliki penduduk miskin. Hanya saja di Jepang, penduduk miskin jarang terekspose. Bahkan negeri itu juga pernah menghilang nama kota Kamagasaki yang kumuh dan ditinggali penduduk miskin saat itu dari peta.

Kamagasaki sebenarnya merupakan nama lama yang digunakan sejak tahun 1922 hingga 1966. Saat ini, nama kota kumuh tersebut berganti menjadi Airin-chiku.

Menurut data pemerintah Tokyo, kota itu memiliki 5.126 tuna wisma di mana 4.000 di antaranya tinggal di warnet. Sisanya di bawah jembatan atau di taman-taman kota seperti gelandangan pada umumnya.

Mengutip CNN, Sabtu (24/6/2022) mereka yang tinggal di warnet biasanya punya penghasilan, tapi tidak cukup tinggi sehingga mereka tak mampu menyewa apalagi membeli rumah atau apartemen yang lebih nyaman dan pantas.

Salah satunya pekerja konstruksi bernama Takahashi yang biasa tinggal di warnet dengan menyewa ruangan privat. Namun saat pandemi kemarin melanda, ia kehilangan pekerjaannya hingga terpaksa menggelandang di jalanan.

"Banyak perusahaan bangkrut karena pandemi. Ada banyak orang sepertiku jadi tak punya pekerjaan," kata dia.

Sebenarnya, tidak semua yang menginap di warnet tidak punya rumah. Secara keseluruhan, ada sekitar 15 ribu orang memilih menginap di warnet, banyak di antaranya adalah pegawai yang terlalu lelah untuk pulang atau ketinggalan kereta.

Salah satunya bernama Masata, seorang pekerja TI. "Kamar di warnet sini tak sepenuhnya privat, tidak ada plafonnya. Aku bisa mendengar suara atau dengkuran orang," katanya mengenai pengalaman bermalam di warnet.

Namun, dia tak punya pilihan lain karena biaya sewa tempat tingga di Jepang mahal. Sementara menginap di warnet murah dan fasilitasnya terhitung lengkap. Biaya menginap semalam antara USD 17 sampai USD 28.

Sejak sekitar tahun 2000-an, banyak warnet menyediakan tempat akomodasi sekadarnya. Selain aman, warnet di Jepang cukup nyaman ditinggali. Kamar mandinya bersih bahkan juga disediakan layanan laundry sampai kafe. Biliknya pun cukup privat.

"Orang-orang mulai menyewa warnet sebagai alternatif murah hotel. Dari situ, perlahan-lahan mulai berubah menjadi tempat tinggal para tunawisma," kata Tom Gill, pakar antropologi di Meiji Gakuin University.

Tinggal di warnet menjadi pilihan bagi para pekerja part time atau temporer yang jumlahnya di Jepang semakin meningkat. Sebagian dari mereka tidak bekerja setiap hari dan sering hanya diberi upah minimum.

Di Tokyo, gaji minimum pegawai adalah USD 9. Gaji ini kecil dibandingkan dengan biaya hidup yang mencekik leher di Tokyo. Mereka pun jadi kesulitan tinggal di tempat yang layak.

Source: https://web.facebook.com/search/posts/?q=halo%20jepang

Post a Comment for "Warga Miskin Jepang Memilih Untuk Tinggal di Warnet Karena Tidak Sanggup Menyewa Hunian"